Kamis, 30 April 2015

Dont Give Up!!!

Ini seperti mengendarai motor dengan kencang tiba tiba meski tarik rem dengan erat, agar tak terjadi tabrakan dengan mobil didepan. Hari ini inilah yang sedang aku rasakan, ketidaknyaman didalam relung. Entah apa arti rasa yang aneh ini, namun ini sangat menyiksaku.
Kenyataan dan Praduga berkolaborasi meracuni otak ini, tebak menebak apa yang kebenaran dari sebuah kenyataan.
Tuhan, Aku pusing hari ini. Tak bisa berpikir jernih, aku tak mampu mengendalikan kacaunya relung ini.
Tuhan, Aku tak sanggup lagi berupaya atas doa doa itu.
Tuhan, sepertinya aku kalah dengan keputusasaan ini.
Tuhan, Tlong Aku!!! Kuatkan Aku!!! Kembalikan Keyakinan ini!!!

Hal inilah yang menjadi momok ketakutan ku terbesar yang selama ini aku khawatirkan. 
Dimana keberuntungan ku akan itu semuanya?????
Kenapa seperti ini harus berkali kali terulang lagi???
Aku harus bagaimana dan seperti apa???

Kekuatan doa itu, mulai tersisihkan dengan ketakutan yang mendominasi diri. Seolah olah aku harus menyerah dan tetep diam ditempat ini. Manusia hidup tanpa nyawa rasa lagi kah???
Atau melabelkan diri orang yang malang???

Tidak . . . ini tidak boleh terjadi. Ini bukan hal yang pertama yang terjadi, meski sulit meniti diri untuk bangkit dan berdiri dengan manis. Aku pasti bisa! Aku pasti mampu!
Aku percaya Tuhan-Ku masih menyayangi ku,
Aku percaya semuanya akan indah pada waktunya,
Aku percaya dengan bersabar segala harapan yang ada akan terwujud,
Aku percaya . . . Aku percaya . . . Aku percaya . . .  ini bisa ku lalui.
* Bismilah!!!*

Sabtu, 25 April 2015

JENGAH

Segala yang monoton pada akhirnya menghasilkan jengah, bosan dan tak bersemangat. Kebutuhan untuk menjadi dinamis sangat diinginkan dalam situasi seperti saat ini. Meskipun itu tidak mudah, namun harus dilakukan agar ritme kehidupan lebih warna.
Seperti biasanya aku melakukan dan menjalani apa yang meski dijalani, mengalir dan mengikuti aliran yang sudah menjadi bagian dari sebuah rutinitas.
Banyak hal yang sering kali dimodifikasi agar terasa nyaman dan fleksibel, dan terkadang pula mengabaikan demi sebuah kebaikan bersama. Konflik dari sebuah perbedaan sudut pandang silih berganti menjadi ujian yang cukup berat, tak mudah untuk mengklarifikasi agar memiliki kesamaan dan sedikit memiliki rasa pengertian dari perbedaan yang ada.
Saat sekarang untuk menjaga dan mengendalikan ego butuh perjuangan yang sangat kuat, menjadi sisi lain yang mencoba bersikap bijak.
Beberapa pertimbangan yang menjadi penghambat untuk sejenak tetap bertahan disini. Alasan yang logis dan realistis masih saja mendominasi otak ini. Sisi yang lain menyadari jika terlalu lama larut dalam zona nyaman ini semakin membuat mental ku tak berkembang. Sangat perlu penyegaran dan tantangan yang lebih berkualitas.
Kondisi dan situasi sekarang ini  mungkin akan menjadi sebuah training diri untuk lebih mendewasakan diri dalam berperilaku juga berpikir. Hal itu mungkin sisi postif yang mungkin aku bisa saring dari sekian lika liku kejengahan ini. 
Bertahan dan nikmati sejenak, untuk menguatkan jengkal langkah yang lebih luas.
Ganbatte!!!

Jumat, 24 April 2015

Pembawa Hujan

12 februari, waktu itu hari kamis.Seperti biasanya aku berjibaku dengan tugas pokok yang menyenangkan, bertemu dengan orang-orang baru dan menyelami karakter mereka. Namun di hari itu terasa aneh dan tak biasanya, segala kemampuan yang aku miliki serasa tak berfungsi. Ku temui kerumitan untuk masuk menembus dirinya, menyelami siapa dirinya.
Hampir delapan jam berdua bersamanya, hanya terdengar detak jantung yang berdetak lebih kencang dari biasanya. Dan rintik hujan mengawasi kebersamaan kita waktu itu.
Satu hal dari ketidaktahuan atas isyarat awal pertemuan itu, merubah dinamika ketenangan hati berubah seketika. Banyak hal yang tak ku temukan jawabnya waktu itu, hingga semuanya pelan pelan aku mampu menyiratkan apa arti rasa aneh itu.
Jatuh Cinta, dua kata sudah tak pernah kurasakan selama tiga tahun ini. Diantara pesimis, apakah hati ini bisa merasakan rasa itu. Ternyata tanpa diduga dan diminta semuanya hadir dalam sekejap. Meski dengan makhluk asing itu si Pembawa Hujan.
Apakah predikat "Pembawa Hujan" yang aku ibaratkan untuk sesosok makhluk asing ini sudah tepat? 
Dari kemarau panjang hati ini menanti tetesan penyejuk untuk menyegarkan hati yang tak lama gersang. Apakah Makhluk asing ini yang akan mampu menghidupkan ku lagi? Membangkitkan kembali kepercayaanku akan namanya c-i-n-t-a?
Entahlah, sampai hari ini aq masih bisa menerka dan menebak-nebak apa arti semua ini. Sedang ku susun paragraf paragraf kisah baru tentang aku dan dia. Bermuara ke mana, ini sedang aku telusuri. Berharap ada keberuntungan dan kesimbangan yang nyata atas rasa ini.
Hujan dan kopi sudah memberi isyarat nyata atas kemantapan diri untuk fokus menujunya. Doa dan sedikit upaya untuk membentuk harapan menjadi sebuah kenyataan. Berharap Alam Semesta ini mendukung kami, dari waktu yang dipertaruhkan berharap akan terwujud. (Bismilah)


Schatzi

Schatzi,
Satu kata asing yang baru ku ketahui melalui seseorang menanyakan tentang makna itu.
Schatzi adalah kata gaul dari bahasa jerman yang berarti Sayang ; yang tersayang ; kekasih. Kata ini sering digunakan Hitler untuk memanggil kekasihnya. Sepertinya satu kata yang keren untuk dijadikan panggilan sayang.
Dan yang paling parahnya ini juga nama judul lagunya Slank. Kenapa baru tersadar kalo Slank punya lagu berjudul Schatzi.

"Schatzi . . . kembali. Schatzi . . . jangan pergi
Aku banyak membuatmu sedih. Maafkan aku . . .
Aku nggak akan bisa hidup tanpamu. Dan aku nggak mau!
Schatzi . . . kemari. . . O, Schatzi . . .  jangan pergi
Beri aku kesempatan, sekali lagi.
Akan aku buktikan. Semuanya pasti . . . Semuanya resmi . . .
Schatzi . . . kemari.Schatzi . . . jangan pergi."

Itu lirik lagu dari Slank dan lagunya pun galau habis. 
Ternyata dia slankers juga, setidaknya ini isyarat yang positif untuk awal dari kedekatan ini.
Seseorang yang baru aku kenal 2 bulan 15 hari. Makhluk Tuhan yang baru ku kenal yang supel Cool, cuek dan pasif waktu itu. Entah alasan apa tiba-tiba ada rasa yang diam diam menyusup memasuki relung ini dan itu yang ku sebut Falling in Love.  Virus cinta itu sudah bersarang direlung ini semenjak pertemuan spontan dan konyol saat dengannya. Ada rasa deg degan yang tak beraturan, salah tingkah, senyam senyum tak jelas dan obsesif komplusif. Parah ternyata virus ini menyerang, mendadak ritme perhatianku 180 derajat berubah saat mulai menyadari tentang rasa ini.

3 tahun berupaya untuk jatuh cinta lagi dan kini aku memiliki rasa itu. Wow, menyenangkan namun menyusahkan. Banyak pertaruhan yang aku lakukan melalui doa dan waktu. Dari optimis ke pesimis sampai ke optimis lagi dan balik lagi ke pesimis dan optimis lagi. Kenapa dengan Makhluk yang Istimewa seperti ini lagi??? Yang pastinya akan memerlukan jurus jurus jitu untuk mencari celah jalan agar semuanya ini ada respon. 
Di antara optimis dan pesimis, aku percaya dengan doa dan Takdir Allah. Karena rasa ini anugrah dari-Nya, tiba tiba muncul dan pelan pelan merekah di relung ini. Komunikasi kecil yang pelan pelan terbuka dan mementahkan ketidakmungkinan, ini yang menjadi semangat untuk berjuang.
Saat ini sedang menyusun paragraf cerita tentang aku dan dia, mencari kejelasan dari sekian tanda tanya yang sedang mengitari kami. Masih mendominisi kata "Apakah" menggelayuti dalam relung, dari sekian waktu dan jutaan manusia pada akhirnya hati ini jatuh kedalam dirinya.
Besar harapan kali ini aku mendapat keberuntungan dalam rasa ini, mendapatkan keseimbangan atas perasaan ini dan kebahagian yang aku nanti selama ini.


Lets see . . .  Bismilah

*dedicated to With*

 

Rabu, 08 April 2015

Double Wiskey Plus Tango

Sekian lama terlalu asyik dengan duniaku sendiri, menikmati sgala riuh riahnya kegilaan diri.
Kini kembali terusik dengan sebuah rasa yang disebut jatuh cinta.
Damn it!!!
Ini hal yang lama sudah aku lupakan bahkan tak pernah aku rasakan.
Lagi lagi dengan makhluk pasif, cuek, cool dan introvert.
Membuat mendadak rumit siklus kehidupanku beberapa hari ini.
Nyenyak tidur ku terusik, ketidakwarasan mulai terlihat jika terbayang sosoknya.
Malam terasa siang dan segala gerak geriknya tak ingin terlewatkan oleh mata ini.

Tak Nyaman, jika rasa ini aku merasakannya sendiri.
Dan dia masih stay cool pada posisi nya sekarang.
Ohhhh, makhluk seperti ini yang akan menguras energi diri.
Cukup memandangnya, saling lempar senyuman dan mencuri pandang secara sembunyi-sembunyi.
Terlihat Bodoh!
Namun menyenangkan. Ada Kebahagian yang turut hadir diantara kekonyolan itu.

Tuhanku, Pemilik Hati  . . . . kali ini aku ingin beruntung atas rasa yang sedang aku rasakan.

FIRASAT

Wahai, Hati . . .
Aku tak pernah secemas ini, tak pernah sekhawatir ini.
Firasat apakah ini???
Serasa ada bongkah besar mengganjal direlung ini, seakan-akan sgala daya terurai tak beraturan.

Wahai, hati . .  .
kenapa rasa ini aku bisa merasakan?
ada ketakutan dan kecemasan menyelimuti benak ini dan serta merta mengusik ketenangan diri.
Ini bukan tentang aku namun tentang dia, seseorang yang baru saja aku kenal dalam hidupku.
Mahkluk yang baru sebulan ini aku kenal,  tiba- tiba mengisi otak ini.
Apa arti ini, Wahai Hati???
Segala hal yang belum jelas dan tak bisa aku pahami secara logika,  mendadak aku mampu merasakan sgala tentang dia.

Wahai, Hati . .  .
Aku tak memiliki daya atau kemampuan untuk menelisik ini secara nyata.
Sebuah pertanda yang aku tunggu pun belum juga nampak.
Hanya untaian doa yang pelan pelan aku upayakan untuk menenangkan diri, menyelaraskan keresahan hati dan logika.

Wahai, Hati . . .
Apakah ini sebuah titik temu dari penantian panjang itu???
Apakah sosoknya yang mendekati sempurna itu yang menjadi jawabannya???
Apakah aku mampu bertahan lagi menunggu atas gejolak diri semakin tak menentu???
Apakah dia juga merasakan hal yang sama aku rasakan???

Wahai, Hati . . .
Bersabarlah . . . . .