Sudah beberapa malam ini ilusi-ilusi semu menghantui ketenangan hati. Semenjak sebuah cerita tanpa sengaja terurai sudah. Persepsi terhadap orang lain itu Ibarat kita dapat kado, setelah kita buka bisa saja kita suka dengan isinya dan bisa juga kita tidak suka dengan isinya. Berbagai macam karakter serta perilaku yang selalu nampak tidak sama, selama ada respek dan saling menghargai (tepa slira) seharusnya tidak akan jadi permasalahan satu sama lain dalam berinteraksi satu sama lain.
Beradaptasi dalam lingkungan selalu saja dinamis, terlalu banyak perubahan dan perkembangan secara mendadak. Siap atau tidak siap diri harus mampu menghadapinya. Dari hal ini aku makin paham dunia orang dewasa itu "jlimet" harus dengan kesadaran penuh adanya koordinasi hati dan otak yang seimbang. Slogan diri dari dulu yang selalu nempel dikening "be your self" ternyata itu begitu berarti untuk saat ini, dan hebat benar pencetus rangkaian tiga kata itu begitu ampuh sebagai sejata pertahanan diri. Entah mengapa masih sering tidak sadar tiga kata itu menjadi matra paling dahsyat akhirnya, dikala ketidakjelasan menimbulkan pertempuran hati dengan orang lain.
Sering kali aku heran, mengapa ada tipe manusia yang hobinya menyakiti orang lain dengan sengaja. Selalu merasa puas dan bahagia jika target kejahilannya terusik bahkan tersakiti.
Begitulah bergelut dengan dunia orang dewasa dan menuju dewasa, meski perlu banyak memiliki amunisi kesabaran dan bijak dalam melihat serta menyimpulkan segala permasalahan yang terjadi.
Tuhan, jagalah hati ini selalu dalam kondisi yang baik dan otak ini selalu sehat sehingga aku bisa menjadi manusia yang lebih beradab dan bijaksana.
Begitulah bergelut dengan dunia orang dewasa dan menuju dewasa, meski perlu banyak memiliki amunisi kesabaran dan bijak dalam melihat serta menyimpulkan segala permasalahan yang terjadi.
Tuhan, jagalah hati ini selalu dalam kondisi yang baik dan otak ini selalu sehat sehingga aku bisa menjadi manusia yang lebih beradab dan bijaksana.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar